Rabu, 10 September 2014

Cerpen 1 :Nasi Goreng:


Nasi Goreng

Rima dan Ramli tinggal bertiga dengan
ibu mereka. Rima kini baru masuk SMA.
Dan Ramli naik ke kelas VII SMP. Ibu
mereka bekerja sebagai pencuci pakaian
di beberapa rumah besar. Walaupun
demikian, Rima dan Ramli tetap bercitacita
tinggi. Mereka selalu rajin belajar dan
tidak putus asa.
Tahun ini, Rima sangat bangga,
karena ia diterima di salah satu SMA
favorit. Rima harus menjalani MOS (Masa
Orientasi Siswa) selama tiga hari pertama.
Pada masa itu, ia bisa berkenalan dengan
siswa lainnya. Juga dengan kakak kelas
dan dengan program sekolahnya.
Pada hari kedua MOS, Kak Mimi, salah
satu kakak OSIS memberi pengumuman,
"Adik-adik kelas sepuluh, besok ada acara
tukaran makanan. Jadi kalian semua harus
bawa makanan sendiri-sendiri. Nantinya
akan saling ditukarkan!"
"Kak, makanannya misalnya apa,
Kak?" tanya salah seorang anak.
"Oh, ya! Harus nasi lengkap dengan
lauk dan sayuran. Harganya minimal
Rp2.000,00."
Setelah Kak Mimi pergi, Rima jadi
bingung sendiri. Dia akan membawa nasi
dan lauk apa? Di rumahnya tak ada lauk
yang enak dan istimewa. Paling hanya
tempe dan tahu. Di rumah biasanya Rima
menambahkan kecap di nasi putihnya. Itu
sudah terasa nikmat sekali baginya. Tapi
kalau Rima membawa menu seperti itu ke
sekolah, ia takut diejek kawan-kawannya.
Setiba di rumah, Rima menceritakan
tugasnya itu kepada ibu.
"Rim, sekarang ibu mau kerja dulu.
Kamu saja yang memikirkan menu apa
yang akan kamu bawa. Kalau bisa yang
murah-murah saja. Agar ibu sanggup
membelinya," kata ibu.
Namun, sampai ibunya pulang kerja,
Rima belum juga menemukan jalan
keluarnya. Untungnya pada saat sedang
belajar malam, ia menemukan ide. Rima
bergegas menemui ibunya.
"Bu, bagaimana kalau besok Rima
bawa nasi goreng saja? Murah dan mudah
kan, Bu?" ujar Rima.
"Benar juga. Kalau begitu, besok pagipagi
akan ibu buatkan nasi goreng," kata
ibu sambil menguap.
Rima iba melihat ibunya. Ibu Rima
sebenarnya belum terlalu tua. Namun
karena ia bekerja sangat keras, wajahnya
tampak lebih tua dari usia sebenarnya.
Paginya, Rima membantu ibunya
memasak nasi goreng. Nasi goreng itu lalu
dibungkus dengan daun pisang yang
diambil dari kebunnya.
"Terima kasih, ya, Bu. Rima berangkat
dulu, ya!" pamit Rima pada ibunya.
Dengan gembira ia mengayuh sepeda
tuanya menuju ke sekolah. Beberapa saat
kemudian, Rima sudah berada di dalam
kelas. Setelah beberapa saat berlalu,
akhirnya tibalah acara yang dinanti-nanti
Rima. Acara pertukaran makanan.
"Adik-adik kelas sepuluh, sudah bawa
makanan semua, kan?" tanya kakak
OSIS.
"Sudah Kak!" jawab murid-murid kelas
sepuluh serentak.
Makanan yang dibawa murid-murid
lalu dikumpulkan di meja guru. Rima mulai
tegang.
Bagaimana jika makanannya jatuh pada
temannya yang kaya? Apa dia mau
memakan nasi gorengnya yang sederhana?
Rima takut kalau-kalau teman-temannya
mencemooh masakan itu.
Akhirnya saat pembagian makanan pun
tiba. Rima mendapat makanan dari Rio.
sedangkan nasi goreng bungkusannya
diterima Miranda. Rima tidak langsung
membuka kotak bekal dari Rio. Ia melirik
ke arah Miranda yang membuka bungkusan
nasi gorengnya itu.
"Wow, nasi goreng! Aku suka sekali
nasi goreng! Wah kelihatannya enak!"
sorak Miranda. Rima melihat Miranda
memakan sesendok nasi gorengnya.
"Wow, enak sekali! Punya siapa ini?"
tanya Miranda.
"Itu punyaku," jawab Rima.
"Oh, kamu Rima, ya?"
"Iya," jawab Rima singkat.
"Rim, siapa yang memasak nasi
goreng ini?" tanya Miranda.
"Ibuku," sahut Rima sedikit lega.
"Kebetulan, lusa ulang tahunku. Aku
sedang cari makanan katering. Apa ibumu
mau menerima pesanan nasi goreng
seperti ini?" tanya Miranda.
"Bisa! Tentu saja bisa! Nanti akan aku
bicarakan dengan ibuku," sahut Rima
senang. Rosa dan Maya mendekati
Miranda dan Rima.
"Oh, ini ya, nasi gorengnya! Boleh
kucoba?" kata Rosa sambil menyendok
sedikit nasi goreng. "Wah, enak sekali!
Ibuku kan bekerja di kantor. Kebetulan ibu
sedang bingung mencari katering untuk
makan siang di kantornya! Ibuku pasti
senang kalau bisa memesan nasi goreng
seperti ini," kata Rosa.
"Oh, tentu saja bisa!" jawab Rima.
Kabar ini cepat menyebar. Sampai
pada saat istirahat kedua, saat Rima
sedang jalan di kantin, ibu penjual di kantin
bertanya.
"Kamu Rima, ya?" tanyanya.
"Iya, Ada apa, Bu?" tanya Rima heran.
"Begini, ibu mau pesan nasi goreng
buatan ibumu yang katanya enak itu. Mau
ibu jual di kantin ini. Kalau bisa, lusa ibu
pesan lima puluh bungkus dulu. Kalau laris,
nanti ibu akan pesan lebih banyak lagi!"
"Oh, ya? Baiklah, nanti saya tanyakan
ke ibu!" jawab Rima senang.
"Oh, ya nanti modalnya ini ada sedikit
uang," ibu kantin menyodorkan sejumlah
uang. Sampai di rumah, Rima berlari-lari
mendekati ibunya yang sedang memasak.
Ia bercerita tentang pesanan nasi goreng
yang diterimanya tadi.
"Oh, Ibu senang sekali!" Ibu memeluk
Rima. Mereka sangat bersyukur untuk
berkat Tuhan hari itu.
(dikutip dengan pengubahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar